Comunità di S.Egidio


 

Mirifica

07/02/2008


Hari Perdamaian Sedunia 2008
GURU PERDAMAIAN YANG TAK TERGANTIKAN

 

Hari Perdamaian Sedunia (01/01/2008) diperingati dengan pelbagai aktivitas. Di Roma, kelompok San Egidio memperingatinya dengan aksi Pawai Damai. Pawai Damai kelompok St.Egidio tahun ini dimulai dari Largo Giovanni XXIII berjalan menyusuri Via della Conciliazione menuju lapangan St.Petrus, Vatikan. Ribuan orang mengikuti pawai ini.

Selain anak-anak juga remaja, kaum muda, orang tua bahkan sejumlah orang cacat ikut berpartisipasi dalam pawai ini. Orang cacat umumnya didampingi kerabatnya atau salah satu anggota San Egidio. Banyak di antara peserta pawai membawa bendera bertuliskan Pace (damai), spanduk atau umbul-umbul. Tidak sedikit pula peserta yang membawa papan bertuliskan negara/wilayah yang sedang dilanda krisis. Suasana pawai menjadi meriah karena hadirnya kelompok Drum Band mahasiswa Hoover, Alabama, USA dan kelompok musik Afrika. Tidak ketinggalan, beberapa orang Indonesia yang tinggal di Roma juga ikut bergabung dalam pawai ini. Terlihat antara lain, Pst.Guido Situmorang, mantan Propinsial Kapusin, Pst.Tripomo Pr, ketua Irrika, sejumlah suster serta masyarakat awam.

Perlunya Usaha Bersama

Leonardus Agung, aktivis San Egidio menjelaskan bahwa sekarang ini ada 38 negara berada dalam situasi perang. Kenya, Pakistan dan Israel adalah beberapa contoh negara yang belakangan ini sedang bergolak dan dilanda beragam kerusuhan. Banyaknya negara yang berada dalam situasi perang atau kekerasan menuntut usaha bersama menuju perdamaian. Marco Impagliazzo, presiden kelompok San Egidio dalam pidato menjelang keberangkatan Pawai Damai, menyebutkan, sekarang ini ada sekitar 380 usaha perdamaian yang tersebar di 65 negara.

Guru Perdamaian yang Tak Tergantikan

Tahun ini Paus Benediktus XVI mengeluarkan pesan damai dengan judul Famiglia Umana, Comunit� di Pace (Keluarga Manusiawi, sebuah Komunitas Damai). Dalam pesan tersebut Paus menyebutkan bahwa unsur-unsur dasar dari perdamaian ada dalam sebuah keluarga yang sehat. Dalam sebuah keluarga yang sehat terdapat unsur keadilan, kasih sesama saudara serta otoritas yang diperankan orang tua. Di dalam keluarga juga terdapat perhatian serta perlindungan yang memadai bagi anggota-anggotanya yang lemah, entah karena masih kecil, sakit atau usia lanjut. Sikap saling membantu serta kesediaan untuk menerima orang lain bahkan untuk memaafkan, ada di dalam keluarga yang sehat. Karena alasan inilah Paus menyatakan bahwa keluarga adalah guru perdamaian yang tak tergantikan.

Pesan Paus tentang pentingnya peranan keluarga, termasuk untuk terciptanya perdamaian dunia, mendapat dukungan luas. Di Madrid, Spanyol, aksi damai mendukung peran keluarga, di gelar di Plaza de Colon. Aksi yang diadakan bertepatan pada Pesta Keluarga Kudus (Minggu, 30/12/07) ini dihadiri lebih dari satu setengah juta orang. Aksi damai ini diprakarsai pihak Keuskupan Agung Madrid dan mendapat dukungan penuh pelbagai gerakan gerejani seperti organisasi pro-life dan pro-family.

Kardinal Antonio Ruoco, Uskup Agung Madrid, dalam pidatonya mengatakan bahwa keluarga adalah �persoalan paling serius yang dihadapi masyarakat Eropa saat ini�. Dengan nada prihatin, Kardinal Ruoco menyatakan bahwa pada masa ini pengertian tentang perkawinan serta keluarga telah direlativisir secara radikal. Selain itu, pada jaman ini nilai cinta yang tak terpisahkan (dalam perkawinan) mendapat banyak tantangan. Kekhawatiran Ruoco memang beralasan. Sekarang ini misalnya, sudah ada beberapa negara yang mengakui perkawinan satu jenis antara lelaki dengan lelaki atau wanita dengan wanita. Selain itu, angka perceraian semakin tinggi, termasuk di negara yang mayoritas penduduknya beragama Katolik seperti Spanyol. Hari Perdamaian Sedunia diperingati banyak orang setiap tahun. Kita sadar bahwa perdamaian dunia adalah masalah besar yang tak mudah dipecahkan. Namun, kita juga sadar bahwa menyalakan sebatang lilin kecil lebih baik daripada berkeluh-kesah tentang kegelapan malam tanpa berbuat apapun juga!

Heri Kartono