Mengenang Sant’Egidio (Saint Giles), seorang rahib dari timur yang datang ke bagian barat. Ia tinggal di Perancis dan menjadi bapa para rahib. Komunitas Sant’Egidio mengambil namanya dari Gereja yang didedikasikan baginya di Roma.
Reading of the Word of God
Matius 5:1-13
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya. Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya: "Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah orang yang berdukacita karena mereka akan dihibur. Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi. Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan. Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan. Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah. Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah. Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu. Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang.
Hari ini kita merayakan pesta Saint Giles (Sant'Egidio), seorang rahib dari zaman kuno, yang meninggalkan Yunani menuju selatan Prancis. Tradisi menempatkannya pada abad ke-9, ketika gereja masih bersatu, dan pertukaran antara timur dan barat sering terjadi. Inilah sebuah tanda hari ini, hari ketika Gereja Ortodoks memulai tahun liturgi, kita ingin berkumpul dalam doa untuk persatuan dalam Gereja. Rahib Giles mengingatkan kita akan keutamaan Tuhan yang bersinar dalam kehidupan semua murid. Karena pilihannya, sang rahib tidak tinggal sendiri.
Giles menjadi bapa komunitas anak-anak dan pembela kaum lemah: dia digambarkan dengan tangannya yang terkena panah yang dibidikkan oleh seorang raja yang ingin membunuh seekor rusa betina. Tempat kematiannya, di jalan menuju Compostela, mendukung kenangan akan dirinya menyebar ke segenap penjuru Eropa. Dan namanya dimohon selama berabad-abad untuk kesembuhan dari berbagai penyakit dan banyak jenis kejahatan lainnya. Hari ini, Komunitas Sant'Egidio mengambil namanya, yang gerejanya selalu dijaga oleh komunitas di pusat lingkungan Trastevere di Roma. Pada tahun 1973, gereja ini menjadi rumah pertama komunitas dan tetap berdetak hingga saat ini.
Ikon Wajah Kudus disimpan di gereja itu. Ikon tersebut mendampingi komunitas di seluruh dunia, dan ditempatkan pada sampul buku doa, seakan-akan memandang orang-orang yang membukanya untuk berdoa. Inilah cara sederhana untuk berpartisipasi dalam doa orang-orang yang datang dari Timur ke Barat, yang tidak pernah berhenti mendengarkan Firman Tuhan dan memanjatkan doa untuk perdamaian dunia kepadaNya. Hari ini kita juga mengingat awal Perang Dunia II yang menghancurkan dunia di jantung abad ke-20.
Bacaan Injil yang kita dengar membawa kita bersama dengan Yesus ke Sabda Bahagia di Bukit. Penginjil Matius mengatakan bahwa Yesus naik ke atas bukit, tempat yang sangat istimewa bagi Tuhan untuk mengajar. Di depan matanya, Yesus melihat kerumunan orang banyak yang telah mengikutinya selama berhari-hari. Kita bisa membayangkan Yesus memandang orang-orang itu: sekalipun bukan kisah mereka, dia pasti tahu kebutuhan dan permintaan mereka. Dan dia menaruh belas kasihan atas mereka. Dalam perasaan belas kasihan inilah seseorang menemukan alasan hidup gereja dan setiap komunitas Kristiani.
Yesus mengatakan orang miskin dan lemah, dan mereka yang memiliki belas kasihan terhadap mereka adalah orang yang “berbahagia”. Inilah jalan baru yang Dia usulkan kepada dunia: sebuah perjanjian antara orang miskin dan murid-murid. Inilah jalan berkat. Jalan kebahagiaan. Inilah jalan Kerajaan Allah. Yesus menegaskan bahwa berbahagialah mereka yang miskin dalam roh. Yang Dia maksudkan adalah orang-orang yang rendah hati - orang miskin dalam roh tidak berarti kaya dan jauh dari Tuhan. Berbahagialah orang yang penuh belas kasih, yang menderita, yang lemah lembut, mereka yang lapar akan kebenaran, memiliki hati yang murni, orang-orang yang dianiaya karena keadilan dan orang-orang yang dihina dan dianiaya karena namaNya. Murid-murid tidak pernah mendengar kata-kata yang seperti ini. Mungkin mereka melihatnya sebagai hal yang tidak realistis. Bagi Yesus, kata-kata ini adalah realita dunia baru yang telah Dia bangun.
Injil mengajukannya lagi kepada kita hari ini, sementara kita menganggapnya seperti waktu-waktu yang biasa. Kita juga mungkin berpikir itu hanya kata-kata indah tapi tidak bisa dipenuhi. Namun tidak demikian bagi Yesus. Dia menginginkan kebahagiaan sejati, kebahagiaan yang penuh dan kokoh bagi setiap murid. Seringkali kita hanya memilih kehidupan yang sedikit lebih baik, atau sedikit lebih damai. Tidak ada yang lebih dari itu. Kita tidak ingin benar-benar “berbahagia”. Sebenarnya, kebahagiaan telah menjadi kata asing, sebuah kata yang berlebihan, terlalu penuh. Kata yang demikian sangat kuat dan mahal, sehingga sangat kontras berbeda dengan kepuasan kita yang seringkali tidak signifikan.
Halaman Injil ini benar-benar Injil bagi kita, sekeping “kabar baik” sejati, karena menarik kita menjauh dari kehidupan yang semakin dangkal dan memaksa kita menuju eksistensi yang penuh makna, menuju sukacita yang lebih dalam. Ucapan bahagia tidak terlalu tinggi untuk kita, sama halnya tidak terlalu tinggi bagi orang banyak yang pertama kali mendengarnya. Kata-kata ini menguraikan wajah sejati Yesus. Dialah lelaki yang berbahagia, orang miskin, lelaki yang lembut, yang haus akan keadilan, lelaki yang penuh kasih sayang dan belas kasihan, lelaki yang dianiaya dan dibunuh. Mari kita memandang Dia dan mengikuti Dia, maka kita juga akan berbahagia.
|