28 Mei 2013 | BUKAVU, REPUBLIK DEMOKRATIK KONGO
SIARAN PERS DAN SERUAN DAMAI UNTUK KIVU |
| Tawaran perdamaian Sant'Egidio di Kivu |
Setelah pertempuran suku yang telah memakan korban 40 orang terluka, penutupan sekolah-sekolah dan munculnya peperangan baru di Goma |
|
Untuk beberapa hari, beberapa kilometer dari Goma, telah terjadi kekerasan antarsaudara di antara penduduk Kongo, yang menyebabkan hilang dan tewasnya beberapa penduduk.
Belum cukup sampai disini, Jumat pagi kemarin di Bukavu kami telah melihat akibat menyedihkan kekerasan sebagai balasan terhadap lebih banyak kekerasan.
Pertengkaran sepele antara dua orang pemuda telah menyebabkan konflik yang meluas di berbagai kota, menjadi bentrokan antar kelompok, Banyamulenge dan anak-anak di daerah Nguba. Inilah yang menjadi alasan kegiatan sekolah dihentikan, beberapa orang terluka dan satu gereja dibakar.
Di tengah meningkatnya ketegangan ini, Komunitas Sant'Egidio mengundang para penduduk, khususnya kaum muda Kivu, dan meminta:
• Tidak diracuni oleh propaganda kesukuan tapi secara tegas mempercayai bahwa tidak ada harapan dan solusi nyata bagi permasalahan dengan jalan kekerasan
• Membujuk dengan satu-satunya senjata yang kita miliki, kata-kata, agar mereka yang melakukan kekerasan menghormati nilai-nilai kehidupan
• Tidak menerima ajakan untuk pemisahan suku dan logika konflik
• Selalu mengutuk segala bentuk kekerasan baik individu maupun kelompok dalam masyarakat kita
• Bekerja sama, membangun kota untuk hidup bersama dengan saling menghormati dan mempromosikan dialog antara semua kelompok;
Setelah tragedi yang melanda negara selama lebih dari dua dasawarsa, yang telah menyebabkan tewasnya lebih dari 5 juta warga Kongo, kami percaya bahwa ada lebih banyak ruang untuk konfrontasi, tapi dibutuhkan usaha yang lebih banyak untuk menciptakan budaya hidup bersama.
Bapa Suci Paus Fransiskus, selama doa Vigili Pentakosta telah mengajak semua orang Kristiani untuk menghidupi budaya perjumpaan.
Beliau mengatakan: "Kita hidup dalam budaya perselisihan, satu budaya perpecahan, satu budaya yang tidak perlu saya buang, budaya sampah. Tetapi dalam hal ini, saya mengajak anda semua berpikir- dan hal ini merupakan bagian dari krisis- para lansia, yang memiliki kebijaksanaan, anak-anak ... ini merupakan budaya sampah! Tetapi kita harus pergi untuk perjumpaan-perjumpaan dan kita bisa menciptakan dengan iman kita satu "budaya perjumpaan", satu budaya persahabatan, satu budaya tempat para saudara, kita bisa berbicara dengan mereka yang kita rasa tidak sama dengan kita, bahkan dengan mereka yang memiliki iman berbeda, yang tidak memiliki iman yang sama. Mereka semua memiliki persamaan dengan kita: mereka merupakan gambaran Allah, anak-anak Allah"
Sebagai orang Kristen dan Katolik yang dibaptis, kita ingin menjadi saksi atas budaya ini, menyatakan bahwa kita harus menjauh dari perselisihan yang berhubungan dengan agama, suku, kelompok etnis, juga membuang semua perasaan benci dan balas dendam.
Mereka yang biasa melakukan kekerasan bukanlah orang Kristen, tetapi menolak gambaran Allah lain yang menciptakan kita.
Kongo, negara kita akan memiliki masa depan yang lebih cerah hanya jika penduduk Kongo dari semua latar belakang hidup bersama dalam damai dan persatuan. Kami yakin bahwa satu-satunya solusi untuk hal ini adalah dialog dan perjumpaan. Senjata kekerasan memisahkan, dan kita perlu berkumpul bersama dan hidup bersama.
Untuk alasan inilah, kami mengundang semua orang yang memiliki niat tulus, pada hari rabu tanggal 29 Mei 2013 pukul 17.00 di Katedral Santa Maria Perdamaian Bukavu, bagi kembalinya kedamaian untuk masyarakat Kivu dan meminta Tuhan Yesus untuk melucuti kebencian di hati mereka sehingga masyarakat bisa menemukan jalan menuju perdamaian.
or several days, a few kilometers away from Goma, there have been fratricidal hostilities between Congolese, which have resulted in the disappearance and death of several countrymen.
if that was not enough, Last Friday morning in Bukavu we have witnessed the sad consequences of violence in response to more violence.
The trivial quarrel between two young men has resulted in a conflict that has spread to various parts of the city, becoming a clash between communities, Banyamulenge and children in the area of Nguba. This is also why the school activities were halted, some people suffered several injuries and a church was burned.
In front of the intensification of this tension, the Community of Sant'Egidio addresses the population, and especially the young people of Kivu, and asks:
· To not let be poisoned by an ethnic propaganda but firmly believe that with violence there is no hope and no real solution to the problems
· To persuade with the only weapon we have, the word, those that encourage violence to respect the value of human life
· To not accept invitations to ethnic division and the logic of conflict
· As always to condemn all forms of individual and group violence in our society
· To work together, to build a city of living together with mutual tolerance and to promote dialogue between all groups;
After the tragedies that have rocked the country for more than two decades, in which more than 5 million Congolese have lost their lives, we believe that there is more room for the culture of confrontation, but we need more than ever to work for a culture of living together.
The Holy Father Francis, during the last vigil of Pentecost has invited all Christians to live the culture of encounters.
He said: "We live in a culture clash, a culture of fragmentation, a culture in which I do not need to throw it away, the culture of waste. But on this point, I invite you to think - and this is part of the crisis -of the elderly, who have the wisdom of people, of children ... this is the culture of waste! But we have to go for encounters and we can create with our faith a "culture of encounter," a culture of friendship, a culture where there are brothers and sisters, we can talk with those who do not think like us, even those who have a different faith, who do not have the same faith. They all have something in common with us: they are images of God are sons of God "
As baptized Christians and Catholics, we want to witness this culture, stating that we must go beyond disputes related to religion, tribe, ethnic group, as well as drop any feelings of hatred and revenge.
That who uses violence is not a Christian, but denies the in the other the image of God who created us.
The Congo, our country will have a better future only if the Congolese people from all backgrounds live together in peace and unity. We are convinced that the only solution for this is the dialogue and encounter. The weapons of violence separate, and we need to come together and live together.
For this reason we want to invite all people of good will this Wednesday, May 29, 2013 at 17 o'clock in the Cathedral Saint Mary of Peace in Bukavu, to pray with the Community of Sant'Egidio, for the return of peace in the Kivus and to ask the Lord Jesus the disarmament of hearts so people can find the path to peace |
|
|
|